Indy "ke Jakarta"

, , No Comments

Sore itu ku pandangi langit Jakarta yang berwarna jingga, hari menunjukan petang hari. Ku pandangi gedung-gedung di Jakarta dari jendela kereta. Ya aku baru saja melakukan perjalanan dari Bandung ke Jakarta. Dimana aku akan tinggal, bersekolah dan menghabiskan hari-hari ku.

Akhirnya kereta pun berhenti di stasiun gambir, aku keluar dari kereta hanya dengan membawa tas kecil yang berisi kenang-kenangan dari sahabat – sahabatku di Bandung. Di Bandung aku meninggalkan Tami, Inka dan Sherly. Mereka teman baikku, terlebih lagi Tami, ia sahabatku dari kecil karena rumah kami bersebelahan. Aku berjalan menuju tangga turun sambil celingak celinguk mencari Pak Karto supirku. Dari Bandung ke Jakarta aku melakukan perjalanan seorang diri, karena orang tua dan adikku sudah terlebih dahulu berangkat ke Jakarta, aku menyusul karena masih mengurus ke pindahan sekolahku. Tak lama kemudian hp ku berdering dengan lagu Abdul&The Coffee Theory - Mr.Perfect . Aku segera mengangkatnya, dan ternyata itu dari Pak Karto.

“Halo non, non Indy dimana?”, ucap pak Karto panik.
“Aku sudah sampai di stasiun gambir pak, bapak dimana?”, Jawab Ku.
“Oh bapak juga sudah sampai di stasiun non, bapak di depan pintu keluar lantai dasar”, ucap pak Karto.
“Oh ya udah, aku segera turun pak”, “ucapku sambil menutup pembicaraan.



Turun dari tangga, aku masih celingak celinguk mencari dimana pak Karto. Dan akhirnya aku menemukan sosok pak Karto yang ramah dan baik hati.

“Non Indy”, panggil pak Karto dengan senyumnya.

Aku menghampiri pak Karto sambil tersenyum lega, kalau aku tidak nyasar. Aku dan pak Karto berjalan keluar dari stasiun gambir. Sampai di Lobby stasiun pak Karto memintaku untuk menunggu di Lobby saja, karena ia harus mangambil mobil di parkiran. Aku pun menurut dengan apa yang pak Karto ucapkan.

Aku menunggu pak Karto di Lobby Stasiun, tak jarang para supir taksi menawarkan jasanya. Sambil menunggu aku keluarkan hp ku dari tas kecil yang ku bawa. Ternyata ad.a sms dari sahabatku Tami.

“Ndy, udah dimana? Udah sampai stasiun gambir? Nggak nyasar kan? Terus tadi di kereta gak ada orang jahat kan? Lo baik-baik aja kan? Sampai Jakarta dengan selamat kan?”

Aku garuk-garuk kepala melihat isi sms dari Tamy, aku bingung harus mulai dari mana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Tami. Aku melihat mobil Toyota Yaris berwarna putih berjalan menuju Lobby stasiun. Itu adalah mobil yang biasa di gunakan pak Karto untuk mengantar jemputku ke sekolah waktu aku di Bandung. Aku berjalan ke arah mobil membuka pintu sambil asik membalas sms dari Tami.

“Gue baik-baik aja cin, tenang aja seorang Indy gak mungkin nyasar di Jakarta. Nih gue baru banget masuk mobil : )”

Tiba – tiba di saat aku sedang asik-asiknya ber-sms ria dengan Tami ada suara yang tidak pernah aku dengar sebelumnya.

“Heh, siapa lo ! main masuk mobil orang aja”, ucap lelaki itu dengan nyolotnya.

Aku tersontak kaget, suara siapa itu? Suara ayah, ayah kan di kantor, jadi mana mungkin. Apalagi suara pak Karto, pak Karto gak pernah bicara kasar sama aku. Apa suara anaknya pak Karto? Pak karto kan gak punya anak laki-laki. Terus suara siapa dong? Akhirnya aku menengok kea rah supir, ku lihat seorang sosok cowok yang bersih, ganteng Cuma muka nya nyolot setengah mati. Aku bingung, kenapa ini orang ada di mobil ku? Akhirnya aku balik nanya.

“Lah kamu yang siapa? Ngapain di mobil aku? Terus pak Karto mana?”, Tanya ku.

“Pak Karto? Siapa lagi pak Karto. Mobil Lo?? Ini mobil gue kali ! jangan ngaku-ngaku deh lo” , jawab cowok itu dengan nada nyolot.

“Emang ini mobil aku kok, kamu yang ngaku-ngaku kali”, jawab ku.

“Ck, nih cewek kalo di bilangin ngeyel, ini tuh mobil gue, keluar gak lo!! KELUAR !!!”, perintahnya.

“Gak mau !!, ini mobil aku. Kamu aja yang keluar sana” , jawabku setengah sewot.

Akhirnya cowok itu keluar dari mobil dan membuka pintu dan menarik pergelangan tanganku dengan kasar. Ia menyeretku ke bagian depan mobil.

“Tuh lo liat, nomor polisi mobilnya. Mobil lo bukan?”, Tanya nya seraya membentak.

Aku berfikir, berapa ya nomor polisi mobilku. Yang ku tahu nomor polisi mobilku ber-plat Bandung, berarti dengan depan huruf D, tapi kok ini B ya? B 494 S , berarti mobil Jakarta dong.

“Non Indy”, panggil pak Karto sambil membunyikan klakson.

Astaga, aku beneran salah mobil. Pada saat itu juga muka ku merah padam menahan malu. Aku bergegas minta maaf dan langsung berlari menuju mobilku. Aku langsung menyuruh pak Karto untuk segara meninggalkan stasiun gambir.

“Ayo pak, kita segera pulang. Indy lelah”, ucapku.

Sebenarnya aku bukan lelah, tapi aku terlanjur malu sama cowok yang di stasiun tadi. Dan kami pun langsung menuju rumah baru kami di daerah Kemanggisan dimana ayah, bunda dan Tegar adikku pasti sudah menunggu kedatanganku.

-Bersambung-

0 Comment:

Posting Komentar