kejadian ini baru beberapa jam terjadi, ketika saya pulang kerja tepatnya. hari ini, jum'at 25 maret 2011 saya pergi kerja di pagi hari sehingga pukul 7 saya sudah berada di kantor saya di jalan medan merdeka selatan jakarta. hari ini sangat berbeda dengan hari biasa nya, karena hari ini saya membawa notebook saya dari rumah. tujuan awal membawa notebook ingin menginstall microsoft visio di laptop atas permintaan adik saya hanum, karena untuk bawa mentahan di Flashdisk tidak mungkin, dikarenakan kapasitas di Flashdisk yang memang tidak memungkinkan. dan hari ini juga, saya akan ada sosialisasi complaint handling di BSD, untuk mengurangi kejenuhan saya di tengah2 diskusi maka saya membawa notebook.

nah sore ini saya pulang dari kantor sekitar pukul 8 malam, karena memang ada sedikit pekerjaan yang harus saya kerjakan hari ini juga, karena besok adalah sabtu dan saya libur. melihat haltecam di http://www.transjakarta.co.id/ sudah agak kondusif di banding after maghrib tadi. oleh karena itu saya beranjak meninggalkan kantor dan berjalan menuju halte busway balaikota. memang agak lama saya menunggu kedatangan busway, sekitar 10 menit namun busway pertama yang datang pun langsung saya tumpangi. sat itu bus agak penuh, tapi masih banyak ruang untuk berdiri secara nyaman. pukul 20:14 ya tepatnya saya sudah berada di fly over Galur busway pun melaju dengan baik.

akhirnya aku tiba di halte busway tujuanku, Halte Busway Cempaka tengah. aku turun bersama 2 orang lainnya. bedanya aku menyelusuri jembatan busway yang panjang itu dan kedua orang tadi memotong jalan lewat bawah jembatan. angkutan umum selanjutnya yang akan aku tumpangi adalah Metro Mini 47. metromini jurusan senen-pondok kopi ini yang akan mengantarku sampai di depan pasar rawasari. agak lama aku menunggu metromoni ini bersama 4 oranhg lainnya di halte cempaka tengah. setelah 5 menit menunggu, akhirnya metro mini pun datang, kami para penumpang berebut tempat duduk, hehehe maklum saya agak lelah.

setelah kami para penumpang naik metromini, ternyata langkah kami di ikuti si bapak pengamen. saat itu memang si supir metromini sedang memutar musik yang bunyinya tidak terlalu keras. untuk memulai mengamen, si bapak pengamen pun meminta ijin kepada supir untuk mengecilkan volume musiknya. namun si supir tak menghiraukan permintaan si bapak pengamen. akhirnya ada seorang penumpang yang kebetulan berdiri di dekat si bapak pengamen dan membantu menyampaikan ijin pengamen ke bapak supir. dan apa reaksi supir. bukannya di kecilin volume nya malah tambah kenceng, sekenceng kencengnya, sampai radio mustang88fm yang saya dengar saat itu tidak terdengar sama sekali. lagu yang terdengar saat itu adalah "It's my life - bon jovi".



Kring!!!!!! Alarm jam di meja samping tempat tidurku berbunyi, waktu menunjukan pukul 5 pagi, aku segera bangun karena hari ini adalah hari pertamaku bersekolah di Jakarta. Perasaan takut, gelisah, nervous, deg deg an masih aku rasakan sampai saat ini. Aku bergegas mandi karena jam masuk sekolah di Jakarta lebih pagi di banding sekolahku di Bandung dulu, bel masuk sekolah di Jakarta pukul 6:30 pagi.
Jam di kamar menunjukan pukul setengah 6 pagi, aku sudah siap dengan perlengkapan sekolahku serta mengenakan segaram putih-putih seragam kebangsaan di hari senin. Aku bergegas menuju meja makan dan ternyata ayah sudah siap untuk mengantarku bersekolah. Aku sarapan dengan selembar roti dengan selai blueberry kesukaanku di tambah segelas susu cokelat.
“Teh Indy mau kemana?”, tanya Putra padaku.
“Teteh sekolah dulu ya Putra, nanti sore baru kita main lagi”, jawabku.
“Jangan lama-lama ya teh, aku gak ada teman”, ucap Putra.
“Kan ada bunda, tetehnya sekolah dulu ya sayang”, ucap bunda menenangkan.
“Kamu harus pintar-pintar adaptasi ya Ndy, semoga kamu cepat dapat teman di sekolah yang baru”, ucap bunda padaku.
“Iya bun, doa in aku ya”, jawabku.
Pukul 05:45 sarapan kami pun selesai. Hati ku tambah deg deg an, apa yang akan terjadi denganku di sekolah nanti. Aku pergi ke sekolah bersama ayah dan pak Karto, aku ikut di mobil ayah untuk hari pertama ku bersekolah.
Sepanjang perjalanan aku melamun, pikiranku benar-benar tak karuan. Antara takut, nervous, ah campur aduklah pokoknya. Dan akhirnya pukul 06:20 kami pun sudah tiba di parkiran SMU Pelita Harapan di bilangan kebon jeruk Jakarta. Aku turun dari mobil bersama ayah, tak jarang murid-murid memperhatikan ku. Ada yang memandangku sinis, ada juga yang memandangku sambil bersiul-siul. Dan dari semua murid yang ku lihat, mereka selalu berbisik “Eh anak baru tuh”. Duh, betapa malunya aku.

Akhirnya setelah perjalanan panjang dari Bandung ke Jakarta aku pun sampai di rumah baru ku yang tampak sederhana di daerah Kemanggisan Jakarta Barat. Rumah 2 lantai yang minimalis, terdapat 1 kamar utama, 2 kamar anak-anak dan 2 kamar tamu. Ya memang tidak begitu besar di banding rumah ku di Bandung. Halaman seadanya, dan garasi untuk 2 mobil. Tapi aku tetap bersyukur, aku masih bisa bersama-sama orang tua ku dan adik ku Putra.
Aku memasuki ruang tamu dan terlihat seyum manis bunda yang sejak tadi menunggu ku beserta ayah dan Putra.
“Hore, eteh Indy udah datang”, sambut Putra.
“Alhamdulillah Ndy, kamu baik-baik saja”, sapa Ibu sambil memelukku.
“Alhamdulillah bun, aku baik-baik aja, Bandung – Jakarta mah deket bun”, jawabku sambil terseyum.
“Iya, iya anak ayah kan hebat-hebat semua”, ucap ayah membanggakanku.
“Siapa dulu dong yah, Syafrina Indy Gunawan gitu loh”, jawabku membanggakan diri.
“ckckck dasar Indy, dari dulu gak pernah berubah”, ucap bunda sambil mengacak acak rambutku.
“Hehehe, aku bersih-bersih dulu ya bun. Terus kita makan malam bareng, aku udah lapar sekali nih”, ucapku.
“Yasudah sana, nanti kita main-main ke Bandar Jakarta untuk makan malam”, ucap bunda.
“Asik, Sea Food”, ucapku kegirangan.
Aku pun bergegas menuju kamarku di lantai 2. Terdengar suara bunda agar memintaku untuk tidak berlari.
“Indy, jangan lari-larian di tangga, hati-hati sayang. Di tungguin kok”, teriak bunda.
“Heheh OK Bunda, biar cepat aku udah lapaaarrr”, jawabku.
Aku memasuki kamar yang di pintunya terdapat papan namaku “Indy’s Room”. Ku buka pintu kamar dan ku lihat sekeliling kamar yang ukurannya tidak begitu besar namun terdapat kamar mandi di dalamnya. Ada 1 tempat tidur berukuran sedang 1 set lemari beserta meja rias dan meja belajar dimana ada notebook, tumpukan buku pelajaran ku, koleksi komik dan novel ku. Kamarku yang di balut wall paper biru berlukiskan ikan hias memberi kesan sejuk . Dan ku lihat di pojok ruangan terdapat Momo ikan mas koki peliharaanku.
Aku pun segera mandi dan bersiap-siap untuk pergi makan malam di luar. 30 menit aku membersihkan diri, aku pun bergegas ke ruang tamu dimana ayah, bunda dan Putra sudah menungguku.
“OK semua, aku sudah siap”, ucap ku dengan lantang.
“Bi Inah, ayo bi ikut dengan kami, bibi kan juga belum makan”, ajak bunda.
Kami pun pergi makan malam bersama, dimana terdapat ayah, bunda, aku, Putra, bi Inah dan Pak Karto. Dengan menggunakan Toyota Fortuner, mobil yang biasa ayah gunakan untuk ke kantor kami pergi makan malam ke Bandar Jakarta. Dimana Pak Karto yang mengemudikan, disamping pak Karto ada ayah dan Putra dan di tengah ada aku, bunda dan bi Inah. Bi Inah dan Pak Karto lama bekerja di keluarga kami. Bi inah bekerja sejak Putra lahir, 3 tahun lalu sedangkan pak Karto sudah mengabdi pada keluarga kami sejak aku berusia 5 tahun. Pak Karto yang sangat tau gimana keluarga kami, kesuksesan kegagalan bisnis ayah pun ia tau. Pernah suatu waktu dulu pak Karto di angkat menjadi kepala supir di kantor ayah, namun baru 3 hari bekerja pak Karto mengundurkan diri dan meminta agar ia tetap menjadi supir keluarga saja. Katanya pak Karto pusing melihat hitung-hitungan karcis tol dan bensin yang setiap hari anak buahnya beri, hitungannya terlalu rumit. Hahaha lucu sekali ya. :D
Sesampainya di Bandar Jakarta kami pun memesan makanan favorit kami, mulai dari ikan bakar, kepiting, cumi, udang dan cah kangkung. Kami semua sangat gembira bisa berkumpul seperti sekarang ini.
“Oh iya, habis dari sini kita ke rumah Pakde Dodo ya”, ucap bunda.
“Tidak kemalaman bun? Rumahnya kan agak jauh dari sini”, jawab ayah.
“Iya juga sih, ya sudah besok saja kalau begitu”, jawab bunda memastikan.
Aku pun menggangguk sambil asik dengan kepiting saus padang yang sedang aku santap.
Kami selesai makan jam 21:05, dan kami pun bergegas pulang, karena Putra sudah mengantuk. Di perjalanan pulang dari Bandar Jakarta Ancol sampai rumah aku terus memandangi pemandangan Jakarta dari kaca mobil. Sungguh sangat berbeda dengan Bandung, tidak ada sawah dan yang paling ekstrim sekali perbedaannya Jakarta panas, tidak sesejuk Bandung.
Pukul 22:03 aku sudah berada di dalam kamarku, ku coba untuk memejamkan mata. Tapi sepertinya aku belum mengantuk, akhirnya aku memutuskan untuk keluar dan duduk si depan teras kamar. Kuliahat langit malam ini, sinar bulan menyinari Jakarta malam ini, ku lihat bintang dan ow ow bintangnya tidak ada. Agak sedikit kecewa, Jakarta memang tidak seperti Bandung. Terdengar suara hp ku bordering ternyata telepon dari Tami sahabatku.